Ramadhan sebagai shahru at-tarbiyah (bulan Pendidikan, Latihan, training), Rasulullah SAW menganjurkan untuk melakukan shalat malam atau qiyamullalil (menghidupkan malam) dengan ibadah shalat dan membaca al-Qur’an. terkait bagaimana Rasulullah SAW melakukannya banyak hadits-hadits shahih yang menerangkannya dengan berbagai varian matannya. Kendati dalam hal anjuran melakukan qiyamullail tidak diposisikan menjadi ibadah wajib dalam Ramadhan, namun kedudukan qiyamullail sangat penting sebagai penyempurna ibadah Ramadhan.
Satu petikan kalimat Firman Allah SWT: Q.S Al Baqarah 187
ثُمَّ اَتِمُّوا الصِّيَامَ اِلَى الَّيْلِۚ …..
…..”Kemudian, sempurnakanlah puasa sampai malam”
Setelah ibadah puasa tunai sampai magrib selanjutnya ibadah tambahan sebagai penyempurnanya adalah ibadah malam atau qiyamullail.
Rasulullah menerangkan: “Siapa yang mengerjakan shalat malam pada bulan Ramadhan dengan iman dan ikhlas, maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu”
Pada setiap malam Rasulullah mengisinya dengan membaca surat-surat panjang diawal sampai pada surat surat pendek dan khatam. Artinya apa yang dibaca dalam tadarrus (membaca, menyimak dan mentelaah) isi kandungan Al-Qur’an sebagai refreshing dan untuk selanjutnya dibawa ke dalam shalat.
Dalam sistematika mushaf Al-Qur’an tersusun dengan rician, Alfatihah (pembukaan) sebagai mukaddimah, surat-surat Panjang sebagai perician dan surat-surat pendek sebagai kesimpulan. Dengan tadarrus Al-Qur’an dengan “tartil” (tertib) diharapkan kita mampu mentelaah dengan baik dan menemukan apa yang sebernarnya menjadi nilai didalam Al-Qur’an yang berlaku sebagai secara umum “Hudan lin-naas” (petunjuk kehidupan bagi manusia) dan secara khusus “Hudan lil Muttaqin” (petunjuk kehidupan bagi orang-orang yang mau bertaqwa) sehingga dengan kondisi malam itu menghasilkan “Qaulan tsaqila” (perkataan ilmiah yang berbobot hebat) (Q.S. Al-Muzzammil: 5-6) Dengan begitu tingginya nilai-nilai Al-Qur’an sebagai pedoman hidup dalam rangka membangun tatanan indah dalam menjalani hidup yang didasari pada “Al-Akhirati hum yuqinun” (keyakinan yang kuat mencapai tujuan akhir). Saat nilai itu menjadi cita-cita atau tujuan maka terbentanglah gambaran kehidupan yang diinginkan Allah SWT sebagai wujud peradaban manusia seutuhnya, maka disitulah cita-cita, tujuan atau harapan, itulah do’a.
Padanan kata shalat sama dengan do’a, maka do’a secara umum itulah shalat. berkaitan antara satu gambaran yang disajikan Al-Qur’an sebagai pedoman kehidupan, membentuk menjadi satu pola kehidupan tentang bagaimana sejatinya kita menjalani hidup dengan menghidupkan harapan yang akan kita capai. Dasar peruntukan manusia diciptakan adalah sebagai “abdun” (Pengabdi/Hamba) kepada Allah (Q.S. Az-Zariyat: 56).
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْاِنْسَ اِلَّا لِيَعْبُدُوْنِ
“Tidaklah Aku (Allah) menciptakan jin dan manusia kecuali untuk mengabdi kepada-Ku”
Pengabdian kepada Allah adalah segala tindakan dan perbuatan kita tidak keluar dari koridor dan ketentuan (Al-Qur’an) yang disajikan Allah SWT kepada kita sebagai manusia. Satu diantara tugas kita sebagai hamba adalah memakmurkan bumi (Q.S. Hud: 61).
هُوَ اَنْشَاَكُمْ مِّنَ الْاَرْضِ وَاسْتَعْمَرَكُمْ فِيْهَا
Dia telah menciptakanmu dari bumi (tanah) dan menjadikanmu pemakmurnya.
Demikian pula do’a secara khusus tercantum dalam Al-Qur’an yang kita kenal dengan Do’a Sapu jagat (Surat Al-Baqarah: 201)
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
"Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan (ihsan) di dunia dan kebaikan (ihsan) di akhirat, dan lindungilah kami dari azab neraka."
Kemakmuran bumi dengan kehidupan yang hasanah/ihsan (indah) menjadi tugas pengabdian kita kepada Allah SWT sekaligus menjadi harapan kita.
Dengan demikian dalam bulan Ramadhan sebagai momentum pelatihan diri melalui Qiyamullail yakni tadarrus dan Shalat malam (tarawih) diberlakukan sedaya mampu kita adalah sarana Qur’anisasi diri, sehingga pedoman sebagai dasar dan orientasi dalam melakoni kehidupan yang sebaik dan sebenar-benarnya (haq) sesuai dengan kehendak Allah SWT kepada hambanya-Nya menjadi “maqaman mahmuda” (kedudukan tertinggi yang terpuji/indah), namun yang menjadi catatan bahwa sifatnya masih peltihan untuk persiapan aplikasi yang sebenarnya pasca pelatihan selesai dilakukan.
Barakallahu li walakum fil qur’anil ‘azim.
Penulis: Mujaddun. S. Pd. I
|BACA JUGA:
Tausyiah Ramadhan Tokoh Pemuda Relegius Batu Bara : Ramadhan Latihan Pertahanan Diri